judul gambar
Memuat...

Selasa, 22 Desember 2015

Oleh : Mochamad Nurkozim*)
 
APA KABAR bapak dan ibu guru se-Kecamatan Bluluk. Sudah lama sekali kita tidak berjumpa. Sudah tiga tahun ini saya sudah meninggalkan profesi saya sebagai guru. Namun, saya selalu mengikuti apa saja yang berkaitan dengan profesi keguruan. Karena kebetulan profesi baru saya berkaitan dengan erat dengan informasi seputar pendidikan.

Oh ya, perkenalkan nama saya Mochamad Nurkozim. Saya anak Bluluk asli. Dulu selama lima tahun saya mengajar di SDN Banjargondang. Tentunya semua tahu sekolaH itu, bukan? Kepala sekolahnya ketika itu adalah Bapak Pariadi. Tidak tahu sekarang siapa yang memimpin sekolah itu.

Saat ini saya menjadi salah satu jurnalis atau wartawan di Jawa Pos Radar Bojonegoro. Kebetulan oleh redaksi saya di poskan di pendidikan. Jadi semua informasi mengenai pendidikan saya banyak tahu. Bahkan, (maaf) lebih dulu tahu dibanding guru. Maklum, saya bergelut dibidang informasi.

Selama tiga tahun menjadi jurnalis di Radar Bojonegoro, dua kali saya membaca karya Em. Syuhada', guru SDN Talunrejo 3 Kecamatan Bluluk. Terakhir adalah tulisannya yang berjudul Menjadi Guru Penulis, Siapa Takut? yang dimuat di rubrik dibalik buku (minggu, 6/12/2015). Judul tulisan yang sebelumnya entahlah saya lupa.

Saya sangat mengapresiasi ide Pak Em. Syuhada' tentang guru penulis. Pak Syuhada yang terhormat, ketika tulisan bapak sebelumnya dimuat sekitar 2014 silam, saya langsung membawa koran itu ke SDN Banjargondang tempat saya mengajar dulu. Harapannya, supaya guru-guru di sekolah itu terutama yang senior tergugah untuk bisa menulis seperti bapak. Namun, harapan itu pupus. Tidak ada ketertarikan sama sekali pada guru-guru disana untuk menulis.

Entah mungkin usia yang sudah tua, lalu disibukkan dengan berbagai kebutuhan. Atau karena mereka mengangap menulis itu hal yang sangat sulit.

Dulu sebelum saya menjadi jurnalis atau ketika masih jadi guru, sesekali saya menulis dan mengirimkannya ke media massa. Alhamdulillah dimuat. Meskipun tulisan saya ketika itu tidak berbobot dan tulisannya masih amburadul. Tapi saya tetap semangat berlatih.

Bagi saya menulis adalah upaya mengikat ilmu. Banyak orang bisa bicara panjang lebar menyampaikan gagasannya. Namun, tidak banyak orang yang bisa menyampaikan gagasannya melalui sebuah karya tulis. Menulis juga bisa membuat kita berfikir secara tertruktur.

Di Bojonegoro, lokasi saya bertugas menjadi jurnalis saat ini, kerap saya kagum dengan warga kota ini. Percaya atau tidak, banyak PNS guru atau pejabat yang membuat karya tulis. Tulisan mereka banyak dipublikasikan di media massa. Bahkan, Bupati Bojonegoro Suyoto tidak jarang menulis artikel dan dikirimkan ke redaksi Jawa Pos Radar Bojonegoro. Di Lamongan memang ada penulis-penulis yang karyanya dimuat di media masa. Namun, jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Sebagai putra asli Bluluk, saya ingin terlahir guru-guru penulis asal Bluluk. Diperlukan semangat untuk itu. Tidak lupa juga minat baca warga Bluluk harus dipompa. Supaya lahir budaya literasi di kalangan para pendidik. Saya tunggu tulisan bapak ibu guru di Jawa Pos Radar Bojonegoro. (*)

*)Mochamad Nurkozim, penulis adalah Mantan Guru SDN Banjargondang Kec. Bluluk. Kini menjadi jurnalis di Jawa Pos Radar Bojonegoro. beralamat di zimradar@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar

Pengunjung Blog

DAFTAR ISI

Arsip Blog

Flag Counter

Flag Counter

Pengikut

Breaking News

Artikel Populer Minggu Ini

Lomba

More on this category »

Esai

More on this category »

Resensi Buku

More on this category »